Jumat, 15 Februari 2013

Kritik Dogmatik


KRITIK ARSITEKTUR PADA MUSEUM PURNA BHAKTI

Dengan mengucap bismillah Saya ingin menkritik sebuah bangunan museum dengan metoda Normatif Dogmatif.

Disini saya menggunakan dokrin form follow culture atau dalam bahasa indonesia yang baik sebuah bangunan mengikuti kebudayaan sebagai rujukan dari konsep,gagasan,struktur dll yang mengambil kebudayaan bangsa, daerah, desa, dalam pengaplikasian bentuk bangunan tersebut.
Dan saya menggunakan doktrin form follow function atau dalam bahasa indonesia yang baik berarti sebuah bentuk bangunan mengikuti fungsi dalam bangunan tersebut,entah itu kotak mempunyai fungsi elektabilitas dan kekakuan, bulat mempunyai fungsi ketahanan dalam kekakuan , dan segitiga mempunyai fungsi kekakuan yang merata.

Form follow culture pada bangunan museum purna bhakti

Bangunan ini mengambil konsep kebudayaan jawa yakni” TUMPENG “ dalam makna masyarakat jawa tumpeng meLambangken alam semesta beserta isinya , sedangken Bentuk kerucut; lambang penyerahan diri secara total Kepada Tuhan YME. Jadi kesimpulannya banngunan ini menyimpulkan kekuasaan dan berserah diri dari kekuatan tuhan yang maha esa dalam kebudayaan jawa yang di anut oleh presiden tercinta kita. Jadi bentuk yang mengikuti dari aspek kebudayaan ini adalah kerucut.

Form follow function pada bangunan museum purna bhakti

Pada bentuk kerucut pada bangunan ini memiliki fungsi agar ketika turun hujan air akan mengalir dengan mudah dan tidak mengakibatkan keretakan pada beton yang di gunakan pada bangunan ini karna sifat dari air adalah meresap meskipun itu beton permanen jadi bentukan kerucut memiliki fungsi mengalirkan air meskipun dari segi estetika lebih indah tapi dari segi strukture lebih rumit dalam pelaksanaan pemasangan kolom nya tersebut yang menurut analisis saya yg masih muda ini.


Gambar tumpeng sebagai konsep bangunan ini

Warna-warna yang mewarnai bangunan ini dari aspek “ fungsi & kebudayaan “ memiliki manfaat seperti :
Warna putih :    Melambangkan statis dan menjadikan lebih jujur kepada penghuninya dalam filosofi jawa.
Warna merah :     melanbangkan dinamis danmenjadikan keberanian kepada  penghuninya .
Warana kuning : melambangkan dinamis dan dalam kebudayaan jawa melambangkan kemulian dan tanggung jawab.
Kuning Gading:   Melambangkan dinamis dan dalam kebudayaan jawa melambangkan kegembiraan dan kebahagiaan .
Warna hijau :       Melambangkan statis  dan dalam kebudayaan jawa melambangkan ketentraman dan kedamaian.
Jadi kesimpulan dari pemilihan warna pada bangunan ini sangat baik dan positif dari warna-warna tersebut tapi saya kurang menyukai warna yang mencolok.

Ruang-Ruang perjuangan dan ruang utma ini mengambil filosofi jawa cakra manggilingan(Form follow culture )  dan dari segi fungsi atap yng bermotif cakra manggilingan ini adalah sebagai penyalur gaya yang di terima dari atas sehingga bangunan ini memiliki bentang yg cukup lebar karna rangka baja yang berbentuk segitiga itulah yang menguatkannya dan berestetika indah.




Gambar pola atap cakra mangilingan yang ber fungsi sebagai kekakuan.


Pada bagian atap menggunakan filosofi pohon hayat(Form follow culture )  yang dalam fungsinya sama seperi bentukan kerucut yakni memudahkan air mengalir dan estetika.



Dari pola bunga wijaya kusuma(Form follow culture ) maka denah plat lantai dari bangunan ini memiliki fungsi struktur bentang lebar yang menggunakan flat lantai seperti bunga ini tetapi menyerupai segitiga jadi bangunan ini memikul beban dengan kekauan segitiga. Jadi menurut saya yang masih muda ini dengan pola seprti ini menarik dan memiliki kerumitan yang agak sulit.



Bagian puncak atap mnggunakan lidah api(Form follow culture )dengan bentukan seperti ini fungsi dari pucuk ini mungkin sebagai penghambat air kan bahannya terbuat dari emas jadi tak berkarat tapi menurut saya ini terlalu berlebihan.



Struktur denah ini memakai filosofi cakra manggilingan(Form follow culture ) jadi fungsi setiap cakra disini adalah untuk menempatkan bagian pondasi tiang pancang jadi setiap cakra memikul baban aksialnya masing-masing sehingga bangunan ini aman dari getaran gempa (collapse)

               
Gambar denah cakra manggilingan dengan penempatan tiang pancang

Bagian dari cakra ini mempunyai fungsi sebagai penopang aksial




Jadi bangunan ini menurut saya merupakan perpaduan dari form follow culture(kebudayaan jawa) dan form follow function sangatlah mengagumkan sehinga bangunan ini  memiliki keunikan yang menjadi citra adat istiadat jawa dengan fungsi ruang, dan strukturnya pun bisa di aplikasikan ke dalam bangunan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar